Laman

Rabu, 01 Agustus 2012

SRT (Single Rope Technique)

Goa
ascendmenurut bentukan alamnya terbagi atas dua jenis, yaitu goa vertikal dan goa horizontal. Penelusuran goa horizontal dapat dilakukan dengan cara biasa, yaitu berjalan, merangkak, merayap, berenang, atau bahkan menyelam (cave dive). Sementara dalam penelusuran goa vertikal, dibutuhkan teknik khusus SRT (Single Rope Technique) yaitu teknik untuk menuruni kedalaman goa vertikal menggunakan satu tali.

Single Rope Technique (SRT)
adalah teknik yang dipergunakan untuk untuk menelusuri gua-gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan-edan vertikal. Berbagai sistem telah berkembang sesuai dengan kondisi medan di tempat lahirnya masing-masing metode. Namun yang paling banyak dipergunakan adalah Frog Rig System. Teknik yang lain adalah: Rope walker, Texas Rig, Jumaring, Mitchele System, Floating cam system.
Sistem Frog Rig menggunakan alat:
1. Seat harness, dipergunakan untuk mengikat tubuh dan alat-alat lain. Dipasang di pinggang dan pangkal paha. Jenis-jenisnya adalah: Bucklet, Avantee, Croll, Rapid, dan Fractio.
Seberapa ketat pemakaian seat harness ini tergantung pada kebiasaan
51eQUofMUmL._AA280_001
2.Chest Ascender,
dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali dipasang di dada. Dihubungkan ke Delta MR oleh Oval MR
asc119-500002
3. Hand Ascender,
dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali di tangan. Di bagian bawah dipasang descender, tempat digantungkannya foot loop dan cows tail.
4. Descender, dipergunakan untuk menuruni tali. Ada beberapa jenis descender: Capstand (ada dua macam: Simple Stop dan Auto Stop), Whaletale, Raple Rack (ada dua macam: Close Rack dan Open Rack), Figure of Eight, dan beberapa jenis lagi yang prinsip kerjanya sama dengan figure of eight.
5. Mailon Rapid,ada dua macam Mailon Rapid (MR), yaitu: Oval MR untuk mengaitkan Chest Ascender kepada Delta MR. Delta MR sendiri adalah untuk mengkaitkan dua loop Seat Harness dan tempat mengkaitkan alat lain seperti Descender berikut Carabiner sebagai friksinya dan Cowstail.
6. Foot loop , dicantolkan ke karabiner yang terhubung ke hand ascender. Berfungsi sebagai pijakan kaki. Ukuran dari foot loop harus tepat seperti gambar diatas. Hal ini sangat mengurangi kelelahan pada waktu ascending di pitc-pith yang panjang
tractelpg28-LeftRightAscend003
7. Cows tail,memiliki dua buah ekor. Satu terkait di Hand Ascender, dan satu lagi bebas, dipergunakan untuk pengaman saat melewati lintasan-lintasan intermediate, deviasi, melewati sambungan, tyrolean, dan traverse.
palm-cow-tail-rescue-equipment-l

8. Chest harness,
vario_chest
untuk melekatkan Chest Ascender agar lebih merapat ke dada. Sehingga memudahkan gerakan sewaktu ascending normal, atau pada saat melewati sambungan tali. Chest harness lebih baik jika dapat diatur panjang pendeknya (adjustable), sehingga memudahkan pengoperasian, terutama apabila terjadi kasus dimana Chest Ascender terkunci di sambungan atau simpul, atau pada saat rescue.
Teknik-teknik yang harus dipelajari untuk SRT adalah ascending dan descending dengan penguasaan melewati jenis-jenis lintasan dan medan.
1. Melewati intermediate anchor
2. Melewati deviation anchor
3. Melewati sambungan tali
4. Melewati lintasan tyrolean, menggunakan satu tali dan dua tali.
5. Meniti tali dengan medan slope (miring).
Ascending
004
Perhatikan gerakan telapak kaki ketika sedang ascending.
005
Gerakkan telapak kaki untuk menjepit tali dengan telapak kaki. Cara pertama adalah menjepit tali menggunakan bagian dalam pergelangan kaki dengan bagian luar telapak kaki. Cara kedua adalah menjepit tali dengan kedua telapak kaki ketika melakukan gerakan berdiri. Ketika mengangkat kedua kaki, kedua telapak kaki dibuka.

Goog Luck........
READ MORE...

Teknik Penelusuran Goa Horisontal

Medan pada gua horisontal sangat bervariasi, mulai pada lorong-lorong yang dapat dengan mudah di telusuri, sampai lorong yang membutuhkan teknik khusus untuk dapat melewatinya.
A. Lumpur.
Lorong yang berlumpur dapat dengan mudah kalau lumpur tersebut tidak terlalu tebal. Tapi dalam kondisi lumpur setinggi lutut bahkan sampai setinggi perut, kita tidak mudah untuk melaluinya.
Untuk melewatinya kita bergerak dengan posisi seperti berenang. Dengan posisi seperti ini akan lebih mudah bergerak dan menghemat tenaga.
B. Air.
Untuk kondisi lorong gua yang berair. terutama gua yang belum pernah di masuki kita tidak mengetahui kedalaman air dan kondisi di bawah permukaan air, untuk itu kita harus mengetahui prosedur dan mempunyai fasilitas pendukung.
Syarat utama untuk melewati lorong yang berair adalah harus bisa berenang. Tetapi dengan kondisi lorong yang serba terbatas, teknik berenang dalam gua berbeda dengan berenang di kolam renang. Di sini kita memakai pakaian lengkap, sepatu bahkan mungkin membawa beban yang cukup berat.
Pembagian team juga harus di sesuaikan, untuk leader ia tidak boleh membawa beban berat, karena leader harus membuat lintasan dan mempelajari kondisi medan.
Dalam kondisi tertentu kita menggunakan pelampung, perahu karet terutama untuk lorong yang panjang dan berair dalam.
Ada juga lorong yang hampir semua di penuhi oleh air hanya ada ruangan sedikit yang tersisa. Untuk melewatinya kita harus melakukan DUCKING ( kepala menengadah). Kadang-kadang kita harus melepas helm untuk menambah ruang gerak kepala. Dalam kondisi tertentu kita melakukan ducking dengan jongkok, bahkan dengan berbaring kalau badan tidak dapat masuk seluruhnya.
Diving, adalah teknik penyelaman dengan alat bantu pernafasan dan pakaian khusus. Teknik ini di lakukan pada lorong yang seluruh bagiannya tertutup oleh air (sump, siphon). Untuk perbandingan resiko kematian di cave diving adalah 60% tewas. Sedang resiko caving 15 %. Dengan melihat perbandingan resiko kematian yang besar ini kita di tuntut untuk ekstra hati-hati, seyogyanya tidak meneruskan penelusuran jika tanpa alat pendukung yang standart.
C. Climbing.
Dalam suatu penelusuran gua terkadang kita menjumpai adanya water fall ataupun lorong yang terletak di atas kita. Untuk dapat meneruskan penelusuran kita harus menggunakan teknik-teknik Rock Climbing. Seperti memasang pengaman sisip dan bor tebing untuk pembuatan lintasan, yang melakukan adalah leader dan kemudian anggota yang lain melewatinya dengan SRT. Teknik rock climbing harus bisa di lakukan pada kondisi medan seperti :

  •  Aliran air yang deras dan kita tidak mengetahui kedalamannya.
  •  Gua yang berbentuk celah dan menyempit bagian dasarnya
  •  Sungai besar atau danau yang dalam.
  •  Pemasangan rigging pada waterfall.
  •  Menghindari calcite floor atau oolith floor.
READ MORE...

Bahaya-Bahaya Saat Melakukan Penelusuran Goa

Survival dalam caving tidaklah dimungkinkan, oleh karena itu kecelakaan di dalam gua selalu berakibat fatal. Karena dilakukan dalam keadaan gelap total maka tingkat kesulitan dan resiko setiap aktifitas adalah 2 kali lipat daripada di luar gua. Apalagi di Indonesia belum ada (belum mampu) membentuk suatu tim rescue (SAR) gua baik secara lokal maupun nasional walaupun telah banyak gua dibuka sebagai obyek wisata. Di luar negeri fasilitas SAR adalah sarana mutlak bagi penyelenggaraan suatu obyek wisata gua.


NSS USA menyebutkan usia minimum penelusur gua (profesional dan amatir)adalah 20 tahun sebagai batas psikologis (kecuali beberapa gua wisata khusus mengijinkan siswa SD masuk). Alasan utamanya karena 90% kejadian kecelakaan menimpa mereka dengan klasifikasi "Young (Teenager) Male Unafiliated Novice" (Remaja/anak laki-laki belasan tahun yang tidak terlatih dan tidak terdaftar pada kelompok speleologi resmi). Namun di Indonesia tidak ada ketentuan batasan umur, bahkan di daerah tertentu seperti di Karang Bolong Jawa Barat remaja belasan tahun telah memasuki gua untuk menambang kapur atau sarang burung walet dengan peralatan tradisional. Maka jelas sekali bahwa kestabilan emosional dan keterlatihan/keterampilan yang memadai adalah syarat utama keselamatan penelusuran. Bahkan secara internasional syarat keterampilan ini seharusnya dinyatakan dalam bentuk sertifikasi yang dikeluarkan melalui kursus / pelatihan resmi oleh Federasi Speleologi setempat (di Indonesia adalah HIKESPI).

Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila kalangan penelusuran gua memiliki motto keselamatan "SEDIA PAYUNG SEBELUM MENDUNG" sehingga tidak cukup bersiaga dikala ada gejala bahaya namun justru jauh sebelum itu. Maka estimasi perubahan situasi harus senantiasa diperhatikan. Tingginya jam terbang, pengetahuan, keterampilan dan senioritas tidak cukup dijadikan patokan keamanan karena apa yang bakal dihadapi di dalam gua tidak seorangpun dapat memastikan. Etika pencegahan kecelakaan adalah :

Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan kurang sehat.
Keterampilan kurang terutama pada gua vertikal.
Peralatan tidak lengkap, kurang terawat dan sudah uzur.
Kesiapan mental kurang (sedang patah hati atau stress).
Anggota terlemah adalah patokan standar penelusuran, apabila anggota terlemah mengalami gangguan maka saat itu juga penelusuran harus dihentikan tanpa dapat ditawar lagi.
Jumlah anggota kelompok tidak kurang dari 4 orang.
Jangan masuk gua di musim hujan, seorang penelusur gua pada masa ini biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam pengetahuan.
Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah setempat dan instansi terkait sekaligus berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan, perhatikan dengan cermat serta patuhi segala wejangan atau nasihat mereka.

Tinggalkanlah pesan sebagai berikut :
Hari, tanggal
Nama pemimpin kelompok, alamat, no. telepon
Nama, alamat, telepon anggota lain
Tujuan memasuki gua : ILMIAH/OLAH RAGA/WISATA
Nama gua, lokasi : (dukuh, desa, kecamatan, kabupaten).
Mulai masuk gua pukul, rencana keluar pukul
APABILA SAMPAI PUKUL ..... BELUM KELUAR GUA MAKA MUNGKIN TELAH TERJADI KECELAKAAN MAKA HARAP SEGERA MELAPOR KEPADA LURAH,
POLISI DAN MEMINTA BANTUAN DENGAN MENGHUBUNGI: - NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON, NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON SEGALA PERONGKOSAN/UANG YANG DIPERLUKAN UNTUK MENERUSKAN BERITA INI AKAN DIGANTI DUA KALI LIPAT. TERIMA KASIH.
Formulir ini diberikan kepada pejabat dan instansi berwenang setempat dan ditempel di kaca mobil.

Macam-macam bahaya
Terjatuh, seringkali akibat kesalahan estimasi terhadap jarak (distorsi) karena gelap. Melompat adalah hal yang haram dalam kegiatan penelusuran gua. Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh kelelawar atau tumpukan guano, banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak berair, berbau belerang dan pengap harus dihindari karena penuh dengan kandungan gas beracun seperti CO dan HS. Tanda-tanda umum kurangnya oksigen atau serangan gas racun biasanya terjadi pening dan halusinasi. Keruntuhan atap dan meledak, adalah kejadian tak terduga yang tidak dapat dihindari bisa diakibatkan gempa bumi atau ledakan dalam gua (jangan membuang sisa karbit dalam gua atau masuk ke lorong penuh guano dengan lampu karbit). Untuk menghindarinya perhatikan apakah lokasi tersebut merupakan bekas penambangan kapur atau dekat dengan lokasi peledakan dinamit sebuah proyek. Banjir, bisa dideteksi bila terdengar suara gemuruh dalam lorong, air sungai yang terasa hangat dan terlihat sampah hanyut dalam aliran air. Perhatikan batas air di dinding sehingga dapat diperkirakan ketinggian air saat banjir, tentukan juga sebuah lokasi atau cekungan di atas batas banjir sebagai tempat berlindung darurat bila terjebak banjir Hewan berbisa, walaupun menurut pakar biospeleologi mereka ini hidup di daerah mulut gua sampai 100 m. ke dalam namun bisa saja hewan seperti ular ditemui jauh di dalam gua karena terhanyut aliran air atau terperosok ke dalam dari atap atau ventilasi gua. Hindarilah cekungan dan lobang di sekitar mulut gua karena di tempat itu mereka bersarang. Bahaya lain adalah gigitan atau kelelawar dapat mengakibatkan rabies, kotorannya (guano) menyebabkan histoplasmosis (penyakit jalan pernafasan seperti TBC). namun umumnya hewan gua tidak mengganggu.

Eksposure, hipotermia dan dehidrasi sangat mungkin terjadi akibat terpaan angin kencang dari aven (ventilasi gua atau jendela karst), baju yang basah karena berendam terlalu lama dalam air gua. Dehidrasi dapat dihindari dengan jalan minum sebelum haus (ingat sedia payung sebelum mendung) karena minum di saat haus datang berarti sudah sangat terlambat karena lebih dari 25% cairan tubuh telah lenyap, ingat penguapan cairan dan panas tubuh dalam gua terjadi sangat cepat tanpa terasa (bahkan dapat dilihat dengan jelas uap air yang keluar dari tubuh bila dilihat dengan sorot lampu)
Kegagalan peralatan, kelengkapan dan kecanggihan peralatan bukan jaminan apabila tidak diikuti dengan perawatan dan pengetesan rutinBahaya terbesar bagi penelusur gua 99% justru adalah di jalan raya, kelelahan akibat padatnya jadwal penelusuran mengurangi konsentrasi pada saat mengemudi. Jalan terbaik sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam tim sebagai tenaga penunjang mobilitas.
READ MORE...

Pengenalan Peralatan Penelusuran Gua (Caving)

Gua mempunyai kondisi dan medan yang sangat lain dengan kondisi alam lainnya. Medan lumpur, tumpukan batu (boulder), air terjun, lorong sempit, lorong yang rendah, dan terutama sekali karena kondisi gua yang selain gelap gulita. Karena begitu kompleksnya kondisi dan medan gua tersebut, maka untuk menelusuri gua tersebut diperlukan peralatan yang bisa mendukung untuk kondisi dan medan tersebut. Terutama sekali peralatan ini juga harus dapat menjamin keselamatan kita.

Pada dasarnya peralatan caving dibagi menjadi dua :

A. PERSONAL EQUIPMENT (pribadi), terdiri dari:

a. Helm Speleo
Helm yang digunakan dirancang untuk mampu menahan benturan maupun jatuhan batu. Helm ini dirancang mampu menahan jatuhan batu dari berbagai sisi tertentu dan ketinggian tertentu. Mempunyai bagian yang berupa pita yang adjustable digunakan untuk mengikatkan helm pada kepala kita. Pada bagian depan terpasang peralatan tambahan yang berfungsi sebagai alat penerangan.
b. Boom (Generator Carbide)
Alat ini berupa tabung yang dihubungkan dengan sebuah slang ke helm. Terdiri dari dua bagian, tabung alas berguna untuk menampung air, yang dilengkapi dengan regulator saluran gas dan lubang tempat pengisian air. Tabung bawah digunakan untuk mengisi karbit.

c. Alat penerangan, ada dua macam:
Ø Elektrik : senter, head lamp
Ø Non elektrik: karbit, lilin

d. Cover All
Adalah sebuah pakaian khusus untuk penelusuran gua. Pakaian ini pada bagian baju dan celana tersambung jadi satu. Bagian atas berlengan panjang. Terbuat dari bahan parasut yang tidak terlalu tebal, dengan bagian-bagian yang sering mendapat gesekan dibuat dengan bahan yang Iebih tebal. Pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh kita dari gesekan dan menahan panas tubuh kita pada gua yang berair.
e. Sepatu
Sepatu yang biasa digunakan adalah sepatu karet dan scpatu yang biasa digunakan militer. Keduanya punya kelemahan dan kelebihannya masing-masing.
f. Sarung tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari panas karena gesekan tali. ataupun melindungi tangan dari gesekan dengan dinding gua yang tajam dan kasar.

g. Pelampung
Peralatan ini biasa digunakan di gua yang memiliki kedalaman air tanah yang cukup dalam, pelampung digunakan untuk menghindari atau menyelamatkan dari kondisi tenggelam.
h. SRT set.
Peralatan ini menjadi peralatan pribadi untuk efisiensi tenaga dan efektifitas penelusuran, karena beberapa peralatan yang ada disesuaikan dengan ukuran tubuh pemakai. Dalam satu set SRT tcrdiri dari:
1. Seat Harness digunakan untuk mengikat tubuh yang dipasang pada pingggang dan paha, macam dan hentuk dari seat harness yang biasa di pakai adalah :
Ø Avanti
Ø Croll
Ø Rapide.
Ø Fractio

2. Ascender, peralatan ini digunakan untuk naik atau memanjat lintasan (tali), ascender dibedakan menjadi hand ascender digunakan untuk dipegang ditangan dan chest ascender, digunakan dengan diikatkan di dada, macamnya:
Ø Hand jammer
Ø Croll
Ø Basic jammer
Ø Jummar
3. Descender, digunakan untuk memuat lintasan (tali), ada banyak descender yang bisa digunakan:
Ø Capstand : ada dua jenis, yaitu simpel stop descender (bobin / non auto stop) dan auto stop descender.
Ø Whaletail, biasa digunakan para caver di Australia .
Ø Rack, ada dua macam yaitu open dan close rack.
Ø Figure of eight descender
4. Maillon Rapide (MR), ada tiga macam
Ø Delta MR digunakan untuk menyambung ( dua loop) sit harness
Ø Semi Circulair MR digunakan untuk menyambung ( dua loop) sit harness.
Ø Oval MR, diguanakan untuk menyambung chest ascender dengan delta MR atau semi sirkuler MR.
5. Chest Harness, digunakan unhik mengikatkan sit harness dengan dada.
6. Cows tail, dibuat dengan tali dinamik yang disimpul dengan salah satunya tali lebih pendek. Tali yang pendek digunakan sebagai pengaman/tambatan pengaman. Tali yang panjang digunakan untuk menghubungkan Hand ascender dengan tubuh. Dikedua ujung cowstail tersebut dipasang 2 karabiner delta non screw.
7. Foot loop, digunakan untuk pijakan kaki dan dihubungkan dengan ascender. Ada beberapa macam bentuk foot loop yang biasa digunakan.
B. TEAM EQUIPMENT (peralatan tim), terdiri dari :
a. Tali.
Tali yang digunakan harus benar-benar mempunyai kwalitas yang balk dan memerlukan perawatan yang baik pula. Jenis tali Tali di bagi menjadi :
Ø Hawsterlait Jenis ini tidak dipakai dalam penelusuran gua vertical. Berbentuk Iilitan dari bahan nylon.
Ø Kernmantel Disebut jenis kernmantel karena mempunyai dua bagian yaitu bagian kern (bagian dalam/ inti), dan mantel (bagian luar/ pembungkusnya). Untuk vertical caving digunakan jenis static rope. kekuatan tali yang digunakan biasanya harus mengalami uji kekuatan terlebih dahulu. Tali yang biasa dipakai mempunyai kekuatan standard ba ik yang telah lulus uji dari UIAA (Union International Associate de Alpinisme) adalah sesuai dengan diameter tali tersebut yaitu :
Kekuatan Tali = A2 X 22 kg > A=diameter tali (mm) Kekuatan tali ini akan berkurang karena penggunaan simpul, basah, dan pemasangan lintasan yang salah.
b. Ladders
Ladders atau tangga tali biasanya terbuat dari kawat baja atau dari tali dengan diameter tertentu (lebih kecil dari diameter tali yang digunakan untuk vertical caving). Ladders sangat efektif untuk digunakan pada pitch pendek, dengan bentuk lintasan overhang.
c. Tali Pita (Webbing)
Berbentuk tabung ataupun pipih (plate), sangat berguna untuk pemasangan tambatan alam, deviasi, maupun bentuk tambatan lainnya. Lebar webbing yang dianjurkan untuk digunakan lebih besar atau sama dengan 30 mm. Ukuran 25 mm jangan sekali-kali digunakan. Dengan simpul tertentu kedua ujung webbing ini disambungkan untuk kemudian dijadikan penambat.
d. Padding
Padding adalah pelindung tali dari gesekan. Biasanya dibuat bahan kaltun terpal yang radial. yang kuat menerima gesekan.
e. Carabiner (cincin kait)
Fungsi alat ini sebagai pengait. Carabiner mempunyai beberapa macam bentuk sesuai dengan kegunaan dan fungsinya. Tiap produk carabiner yang ada telah mengalami uji kekuatan dari pabriknya untuk tarikan vertical maupun horisontal. Berdasarkan pengamannya carabiner dibagi menjadi dua :
Ø Carabiner Screw Gate : Jenis ini mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya.
Ø Carabiner Non Screw Gate: Jenis ini tidak mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya
berdasarkan bentuknya carabiner dibagi menjadi:
v Oval Carabiner, Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat beban yang sama.
v Delta Carabiner, Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban Iebih besar da ri pada sisi pintu.
v D Carabiner, Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban Iebih besar dari pada sisi pintu.
v A Carabiner, Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban lebih besar dari pada sisi pintu.
v Hart Carabiner, Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat beban yang sama.
f. Pengaman Sisip
Pengaman Sisip adalah peralalan tambahan untuk membuat tambatan. Penggunaan pengaman sisip sangat tergantung pada bentuk bawaan batuannya. Pemasangan yang bagus dan tepat sangat menentukan kekuatannya, tetapi perlu diperhatikan pada waktu akan dilewati jangan sampai terangkat kearah luar. Pengaman sisip yang sering digunakan adalah:
1. Chock Stopper, Jenis ini berbentuk piramida tumpul. Bisa digunakan untuk celah vertical maupun horisontal.
2. Hexentrik, Bisa digunakan untuk celah vertical maupun horisontal.
3. Friend, Jenis ini digunakatn untuk dibebani secara vertical.
4. Chock Stone, Jenis ini bekerja seperti pengaman sisip lainnya. Bisa terpasang dengan sendirinya ( batu yang terjatuh lalu terjepit pada celah), maupun sengaja dipasang.
5. Jammed Knot, Tehnik yang memasang pengaman sisip dengan menggunakan simpul pada webbing.
Pengamanan atau pemasangan pengaman sisip harus selalu dilatih untuk mengetahui / mendapatkan instink pemasangan yang benar dan aman, mengetahui bentuk berbagai bentuk celah yang disesuaikan dengan bentuk pengaman sisip yang digunakan.
Pengaman sisip yang talinya menggunakan nylon harus Iebih mendapat perhatian, karena lebih tidak tahan jika mendaluucur gesekan dibandingkan dengan yang mengggunakan kawat baja.
g. Paku Pitton
Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan yang berbentuk seperti palm, yang ditanamkan pada celah vertical maupun horisontal. Piton akan sangat berguna pada beberpa jenis batuan, dart dengan pengalaman yang cukup untuk penelusuran gua vertical.
Penempatan pitton harus dengan cermat dan hati-hati, penempatan yang baik adalah te.gak lurus dengan bidangnya pemilihan jenis pitton harus sesuai dengan bentuk celahnya (vertical/ horisontal). Pitton dipasang dengan dipukul menggunakan hammer speleo, bunyi benturan pada saat dipukul antara pitton dengan batuannnya bisa dipakai untuk menentukan kekuatan pemasangan pitton tersebut.
h. Bolts
Pada penelusuran gua vertical jika kita tidak bisa menemukan natural anchor, maupun pemasangan pengaman sisip lainnya, maka satu- satunya pilihan adalah pemasangan bolts (bor tebing). Dengan bolts maka penelusur gua bisa menempatkan titik tambatan di tempat yang diinginkan.
Ukuran yang digunakan biasanya disesuaikan dengan jenis batuan yang akan dibor maupun beban yang akan diterima, ukuran standard yang biasa digunakan adalah 3 mm.
i. Hanger
Peralatan ini adalah pasangan dari bolts. Hanger ini digunakan untuk menambatkan tali. Bentuk-bentuk yang ada disesuaikan dengan medan yang ada Macam hanger yang ada :
Ø Plate Hanger
Jenis ini digunakan untuk dinding yang tidak over hang, carabiner yang digunakan adalah carabiner oval, sisi carabiner harus selalu menempel dinding.
Ø Twist Hanger
Jenis ini digunakan untuk dinding over hang maupun untuk roof, carabiner yang digunakan bisa carabiner oval maupun carabiner delta
Ø Ring Hanger
Jenis ini digunakan untuk untuk dinding over hang maupun dinding lurus. Carabiner yang digunakan bisa carabiner oval maupun carabiner delta, juga bisa tanpa catabiner.
Ø CIown Hanger
Jenis ini bisa digunakan di semua bentuk rnedan, hanger ini tidak menggunakan carabiner.
j. Driver
Digunakan untuk mengebor dinding/tebing
k. Hammer
Digunakan untuk mengetes batuan yang akan digunakan untuk anchor, maupun untuk mengebor tebing.
l. Tackle Bag
Tas khusus untuk penelusuran gua, terbuat dari bahan terpal yang tahan gesekan.
m. Pulley
Berbentuk kerekan, yang prinsip kerjanya untuk memperingan penarikan beban. Biasanya digunakan untuk rescue.
n. Alat Bantu
Ø. Roll module
Ø. Bombement Deviatur

READ MORE...

Etika Penelusuran Gua

  • Kode Etik Susur Goa
  1. Jangan MENGAMBIL sesuatu, kecuali mengambil GAMBAR 
  2. Jangan MENINGGALKAN sesuatu, kecuali meninggalkan JEJAK 
  3. Jangan MEMBUNUH sesuatu, kecuali membunuh WAKTU 
  • Bertindak WAJAR 
  1. Tidak sok pamer atau menutup-nutupi kepandaian (merasa minder atau malu) 
  2. Jika tidak sanggup maka tidak memaksakan kehendaknya 
  • Tunjukkan RESPEK Kepada Sesama Penelusur Gua 
  1. Tidak menggunakan peralatan atau bahan-bahan yang disediakan oleh rombongan lain tanpa persetujuan 
  2. Membahayakan penelusur gua yang lain, misalnya : 
  3. Mengambil atau memutuskan tali yang terpasang Memindahkan peralatan ketempat lain Menimpuk batu jika ada penelusur lain didalam gua 
  4. Menghasut penduduk disekitar gua agar menghalang-halangi atau melarang rombongan lain masuk gua karena tidak satu orang/kelompok pun boleh merasa memiliki kekuasaan/hak terhadap sebuah gua bahkan bila dia itu seorang ahli yang menemukan gua tersebut pertama kali kecuali pemilik tanah di mana gua itu berada 
  5. Jangan melakukan penelitian yang sama jika ada rombongan penelusur lain yang sedang mengerjakannya DAN BELUM DIPUBLIKASIKAN (kecuali mendapatkan ijin) 
  6. Jangan gegabah sebagai penemu sesuatu sebelum mendapat konfirmasi dari kelompok2 resmi yang lain oJangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA BERSAMA dan hasil publikasi tidak boleh menonjolkan DIRI SENDIRI tanpa mengingat jasa SESAMA PENELUSUR 
  7. Jangan menjelek-jelekkan penelusur lain dalam publikasi walau penelusur itu mungkin melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Setiap publikasi negatif tentang sesama penelusur maka akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur gua. 
  • Kewajiban 
  1. Konservasi lingkungan gua harus menjadi TUJUAN UTAMA kegiatan Speleologi dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh SETIAP PENELUSUR 
  2. Membersihkan gua serta lingkungannya, menjadi kewajiban pertama para penelusur 
  3. Apabila sesama penelusur gua membutuhkan pertolongan darurat para penelusur gua wajib memberikan pertolongan itu 
  4. Setiap penelusur gua wajib menaruh respek terhadap penduduk sekitar gua. Minta ijin seperlunya, bila mungkin secara tertulis kepada yang berwenang, tidak membuat onar atau melakukan tindakan-tindakan yang melanggar ketenteraman dan menyinggung perasaaan panduduk. Jangan merusak pagar, tanaman penduduk atau menganggu hewan milik penduduk. Sedapat mungkin menghormati dan mematuhi larangan2 yang diberikan pemuka masyarakat setempat berkaitan dengan gua yang akan ditelusuri demi menjaga martabat kepercayaan setempat 
  5. Bila meminta ijin dari instansi resmi yang berwenang, maka harus dirasakan sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan menyerahkan hasilnya pada instansi tersebut. Apabila meminta nasihat pada penelusur atau seorang lainnya, maka wajib pula menyerahkan laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan itu 
  6. Bagian-bagian yang berbahaya dalam suatu gua wajib diberitahukan kepada kelompok penelusur lain, apabila anda mengetahui adanya tempat-tempat yang berbahaya 
  7. Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, dilarang memamerkan benda-benda mati atau hidup didalam gua untuk lingkungan NON penelusur gua dan NON Speleologi. Hal ini untuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul, untuk ikut mengambil benda-benda itu guna koleksi pribadi atau untuk melakukan penelusuran gua tanpa pengetahuan teknis dan ilmiah yang cukup. Bila perlu hanya di pamerkan dalam bentuk foto2 tanpa menyebutkan lokasi 
  8. NSS juga tidak menganjurkan usaha mempublikasikan penemuan2 di dalam gua atau lokasi dari gua sebelum diyakini betul adanya pelestarian oleh yang berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua oleh orang awam menjadi tanggung jawab si penulis berita, apabila mereka mengunjungi gua2 itu sebagai akibat publikasi dalam media massa 
  9. Setiap terjadi musibah diwajibkan untuk di laporkan kepada sesama penelusur melalui media Speologi yang ada, hal ini perlu supaya jenis musibah yang sama dapat dihindari 
  10. Menjadi kewajiban mutlak bagi penelusur gua untuk memberitahukan kepada rekan-rekan terdekat lokasi mana akan pergi dan kapan ia akan diharapkan pulang.
  11. Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib memberitahukan penduduk nama dan alamat para penelusur dan kapan diharapkan selesai menelusuri gua. Wajib memberitahukan penduduk siapa yang harus dihubungi, apabila penelusur belum keluar dari gua sesuai dengan waktu yang direncanakan 
  12. Para penelusur wajib memperhatikan keadaan cuaca. Wajib meneliti apakah ada bahaya banjir didalam gua waktu turun hujan lebat dan meneliti lokasi2 mana di dalam gua yang dapat dipergunakan untuk tempat menghindar dari banjir 
  13. Dalam setiap musibah setiap penelusur wajib bertindak dengan tenang tanpa panik dan wajib patuh pada instruksi pemimpin penelusuran 
  14. Setiap penelusur dianjurkan untuk melengkapi dirinya dengan peralatan dasar, untuk kegiatan yang lebih sulit digunakan peralatan yang memenuhi syarat dan ia wajib mempunyai pengetahuan tentang penggunaan peralatan itu 
  15. Setiap penelusur wajib melatih diri dalam berbagai keterampilan gerak penelusuran gua dan keterampilan menggunakan peralatan sekalipun dalam waktu2 non aktif 
  16. Setiap penelusur gua wajib membaca berbagai publikasi mengenai gua dan lingkungannya agar pengetahuan tentang Speleologi tetap berkembang, bagi yang mampu melakukan penyelidikan atau opservasi ilmiah diwajibkan melakukan publikasi agar sesama penelusur dapat menarik manfaat dari makalah2 itu.
READ MORE...

Terjadinya Gua Dan Jenisnya

Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi. 

proses terbentuknya gua
Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai permukaan yang halus dan licin.

Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah permukaan. Tetapi sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air, misalnya kuarsa dan mineral ‘lempung’. Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat.Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga yang terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah menyusup ke dalam celah yang kecil dan sempit sekalipun.Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak menentu. Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek geologis lainnya. 

proses pembentukan stalaktit
Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula batuan yang membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini, biasanya mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua yang terjadi di sini disebut gua laut.Di dalam proses pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem, beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama; diantaranya; 

  1. Aragonite : Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.
  2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong gua.
  3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang terbentuk semakin banyak.
  4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya tarik bumi. Biasanya melingkar.
  5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
  6. Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung
  7. Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke atas, di bawah atap stalactite.
  8. Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air.
  9. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.
  10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
  11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua.
  12. Column
  13. Couli Flower
  14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun. 
READ MORE...

Apakah Speleologi Itu ?

Ilmu yang berkaitan dengan olahraga penelusuran gua adalah tentang penelitian speleologi. 

Kata speleology berasal dari bahasa Yunani, yaitu spelaion = gua, dan logos = ilmu. Begitu banyak definisi dari arti kata speleologi. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
  • Spelology is the science of the cave environment and treats both its physical and biological aspects. (Moore G.W. 1928)
  • Speleology is the scientific study of caves; it is a science in which all the other scientific disciplines are in some aspects applicable to caves or their contents. (Ford T.D & Cullingford C.H.D 1976)
  • Speleology is the scientific study of caves and other karst features, their make-up, structure, physical properties, history, life forms, and the processes by which they form (speleogenesis) and change over time (speleomorphology). The term speleology is also sometimes applied to the recreational activity of exploring caves, but this is more properly known as caving, spelunking or potholing. Speleology and caving are often connected, as the physical skills required for in situ study are the same. (Wikipedia)
  • Speleology is the study of caves and their contents. The exploration, description and study of caves and related phenomena. (http://home.mira.net/~gnb/caving/glossary/S.html )
  • Speleology is the scientific study or exploration of caves (http://www.merriam-webster.com/dictionary/speleological )
  • Speleologi, seperti umumnya ilmu pengetahuan lain, dimulai dari amatir yang dengan sepenuh hati melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang menarik hati mereka, kemudian membuat rekaman-rekaman. Lalu, akhirnya dengan berjalannya waktu menjadi sebuah ilmu tersendiri. Saat ini, speleologi berkembang sebagai akibat dari persinggungan mutualisme antara amatir dan ilmuwan profesional yang memiliki ketertarikan dan kepedulian yang sama terhadap gua.
Spelologi, sebagian besar terdiri dari cabang-cabang riset dan ilmu dasar dari geologi dan biologi, yaitu kimia, meteorology, dan ilmu tanah. Karena keterlibatan satu sama lain dari cabang ilmu yang berlainan tersebut, maka sekarang ini setiap cabang ilmu yang melakukan penelitian terhadap subyek tertentu di dalam gua, seyogyanya dilakukan dengan ahli ilmu lain yang terkait untuk mendapatkan hasil yang optimal. Seorang ahli biologi gua telah menemukan spesies di salah gua di karst Jawa Barat. Spesies yang sama tersebut ditemukan lagi di karst Jawa Timur. Sementara spesies tersebut tidak ditemukan di karst kabupaten Gunung Kidul. Bagaimana mungkin? Kawasan karst tersebut dipisahkan oleh berbagai struktur geologi yang lain. Seorang ahli geologi mungkin bisa menerangkan hal tersebut. Bagaimana cara ahli arkeologi menerjemahkan hubungan masa lalu antara penghuni gua yang satu dengan yang lain berdasar temuan-temuan hasil penggalian? Para ahli Sistem Informasi Geografi dapat membantu usaha itu.
READ MORE...

Macam dan Fungsi Gua

Pengertian gua adalah "suatu lorong bentukan alamiah di bawah tanah yang bisa dilalui oleh manusia, yang hanya bisa dilalui hewan saja disebut gua mikro". Dalam hal ini yang dimaksud adalah gua alam, namun ada juga gua buatan manusia seperti tempat perlindungan perang dan lain-lain. Gua alam dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan letak dan batuan pembentuknya, yaitu :
Gua lava
•Gua lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan yang khas.
Gua litoral
•Gua litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi) 
Gua batu gamping (karst)
•Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70% dari seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping. Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang terbesar di dunia 
Goa Kalisuci
•Gua pasir, gua batu halit, gua es dsb. : adalah bentukan gua yang sangat jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia.

Fungsi gua :
•Tempat berlindung (primitif) manusia dan hewan 
•Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano) - tempat perburuan (walet, sriti, kelelawar) 
•Obyek wisata alam bebas dan minat khusus 
•Obyek sosial budaya (legenda, mistik) - gudang air tanah potensial sepanjang tahun •Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka 
•Indikator perubahan lingkungan paling sensitif 
•Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi kehidupan makro ekosistem di luar gua. 
READ MORE...

Speleologi Modern dan Perkembangannya di Indonesia

Speleologi berasal dari kata Spelaion (Gua) dan Logos (Ilmu) dalam bahasa Yunani. Arti umumnya adalah Ilmu Mengenal Gua namun secara khusus diartikan sebagai Ilmu Riset Dasar yang mempelajari lingkungan gua dan aspek ilmiah yang ada di dalamnya. Bidang ini menyangkut banyak cabang ilmiah dari bidang sains yang lain seperti Biologi (mikrobiologi), Geologi, Kimia, Meteorologi, Anthropologi, Arkeologi, Minerologi, Sedimentologi juga bidang ilmu yang bersifat sosial seperti Ilmu Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, Turisme bahkan Mistik dan Legenda.Di Indonesia baru ada pada pertengahan dekade 70-an. Diperkenalkan oleh dr. Robby Ko King Tjoen DV. melalui media massa. Tahun 1979 bersama Norman Edwin (Alm.) mendirikan SPECAVINA club Caving pertama di Indonesia. Setelah bubar pada awal dekade 80-an maka pada Tanggal 23 Mei 1983 dr. Robby mendirikan HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) yang mendapat pengakuan Internasional dengan terdaftar di UIS (Union Internationale de Speleologie - anggota Kelompok F UNESCO) dengan nama FINSPAC (Federation of Indonesian Speleological Activities). Dan dari Pemerintah RI (terdaftar di LIPI sebagai organisasi afiliasi profesi ilmiah) sebagai satu-satunya organisasi yang mewadahi semua kegiatan speleologi di Indonesia secara resmi.Kegiatan di alam bebas semakin berkembang.
Mendaki gunung sudah sangat dikenal, meniti tebing terjal, bahkan menginjak puncak gunung es atau salju kini bukan lagi merupakan suatu impian. Ada satu kegiatan lain di alam bebas yang mulai berkembang, yaitu Telusur Gua. Jika bentuk kegiatan di alam bebas kebanyakan dilakukan di alam terbuka, tidak demikian halnya dengan telusur gua ; kegiatan ini justru dilakukan di dalam tanah.Aktivitas Caving diterjemahkan sebagai ‘aktivitas penelusuran gua’. Setiap aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang penelusur gua.
Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman tersendiri. Perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karena gelap total. Ada apa dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan di sana ? Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ? Pertanyaan yang kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang gua dan aspeknya, termasuk misteri yang dikandungnya. Maka dikenal istilah “speleologi”. Ruang lingkup ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja, tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua, bahan tambang, tata lingkungan, geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya.Kalau sebagian orang merasa enggan untuk mendekati “lubang gelap mengangga”, maka para penelusur gua justru masuk kedalamnya, sampai berkilo-kilometer jauhnya.
Lubang sekecil apapun tak luput dari perhatiannya, jika perlu akan ditelusuri sampai tempat yang paling dalam sekalipun.Mc. Clurg mencatat, setiap penelusuran gua tidak menginginkan lorong yang ditelusurinya berakhir, mereka mengharapkan di setiap kelokan di dalam gua dijumpai lorong-lorong yang panjangnya tidak pernah disaksikan oleh siapapun sebelumnya. Sehingga apabila orang bertanya, “ Mengapa mereka memasuki gua ?”, barangkali catatan Norman Edwin adalah jawabannya, “ Adalah suatu kepuasan bagi seorang penelusur gua bila lampu yang dibawanya merupakan sinar pertama yang mengungkapkan sebuah pemandangan yang menakjubkan di bawah tanah”.
READ MORE...

Sejarah Penelusuran Gua

•Masa Primitif, gua dihuni oleh manusia Cro Magnon dan berlindung, kuburan dan untuk pemujaan roh leluhur .
•1674, John Beaumont seorang ahli bedah dan ahli geologi amatir dari Samerset Inggris melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran gua sumuran (potholing) yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society.
•1670 - 1680, Baron Johann Valsavor dari slovenia adalah orang pertama yang melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap dengan komentar, sketsa dan peta sebanyak 4 jilid dengan total mencapai 2.800 halaman. Atas jasanya British Royal Society memberikan penghargaan ilmiah kepadanya.
•1818, Kaisar Habsburg Francis I adalah orang yang pertama kali melakukan kegiatan wisata di dalam gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (Sekarang Gua Postonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang pejabat di daerah tersebut tercatat sebagai pengelola gua profesional yang pertama.
•1838, Pengacara Franklin Gorin adalah tuan tanah yang memiliki areal dimana gua terbesar dan terpanjang di dunia yaitu Mammoth Cave di Kentucky AS. Olehnya gua tersebut dikomersialkan dan dipekerjakannya seorang mulatto bernama Stephen Bishop berumur 17 tahun sebagai budak penjaga gua tersebut. karena tugasnya tersebut Stephen Bishop dianggap sebagai Pemandu Wisata Gua Profesional (Cave Guide) pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari ratusan lorong (Stephen Bishop menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang 300 mil hingga kini belum selesai ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha International Union of Speleology, Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai salah satu warisan dunia (World Herritage).
•1866-1888, pada masa ini diakui sebagai saat lahirnya Ilmu Speleologi yang dipelopori oleh Edouard Alfred Martel (1859-1938)berkat usaha kerasnya selama 5 yang diakui sebagai Bapak Speleologi Dunia. Semua ini tahun dalam suatu Kampanye Penelusuran Gua yang berisi metoda yang menggabungkan bidang Ilmu Riset Dasar dalam eksplorasi gua sehingga dapat dilakukan suatu penelitian yang Multi disipliner dan Interdisipliner. Metoda tersebut diakui oleh para ahli sebagi cara yang paling tepat, konstruktif dan efisien dalam meneliti lingkungan gua. Bahkan tata cara tersebut dianggap sebagai pokok penerapan disiplin, tata tertib, etika dan moral kegiatan Speleologi Modern pada masa sekarang. 
READ MORE...